Kau harus tahu aku
adalah uh ... kau panggil saja aku Gebo. Tak salah lagi ... aku adalah
gerbong yang berada di peron utama stasiun kereta api Kircon. Ya ...
akulah yang menyambut semua penumpang stasiun ini. Namun, jangan sekali
kali kau samakan aku dengan semua gerbong yang ada didalam stastiun
didalam sana. Antara kau dan aku saja, mereka sungguh tak pantas menjadi
gerbong stasiun.
Tidak seperti mereka, aku bukanlah gerbong biasa. Kuceritakan saja padamu jasa besarku.Aku adalah gerbong pertama yang berlari diatas rel membawa penumpang penumpang besar ... jangan salah ... bukan badan mereka yang besar. Maksudku para penumpangku adalah orang orang besar negeri ini. Mulai Lurah sampai Presiden." Sudahlah, Gerbong Tua. Berhentilah mengeluh !!!!"
Uh.... kau dengar kata kata itu ? Dia adalah burung parkit yang bersarang atas gerbongku. Entah kenapa dia suka sekali bernyanyi ! Menyebalkan !
Burung parkit yang tak sopan. Tak hanya memotong ceritaku, dia berani beraninya memanggilku Gerbong tua !! Huh harus... mereka seharusnya memanggilku Tuan Gebo !!
Beginilah masa tuaku . Begitu malang, sekadar menjadi hiasan Peron stasiun saja. Padahal semuanya tertulis dipapan keterangan yang terpasang di badanku.
Uh...uh...maafkan ... aku merasakan titik air ditubuh ku. Izinkan sejenak mengamati langit. Hah... hujan turun. Setidaknya suara tetes hujan lebih menyenangkan dibandingkan celoteh si parkit. Tak ada lagi yang akan memotong ceritaku , bukan ?
Bicara tentang si parkit ... kemana dia ? Oh... sudah kembali ke sarang rupanya, Namun sarang dia tak cukup rimbun, tak cukup melindungi dari hujan deras.Aku benar, kan ? sebentar saja unggas menyebalkan itu telah basah kuyup. kurasa mereka kedinginan.
" Ke..ke...napa kau ...me...manggil aku, Ger... Bong... Tua?!
" Kumaafkan walau aku masih saja dipanggil gerbong tua. Aku tak dapat membiarkan kamu kedinginan . Kamu boleh berlindung didalam gerbongku . Gerbongku cukup hangat untuk Kamu.
" Te.. rima kasih Ger...bong Tua " , kata si parkit.
Mendengar ketulusan dia senang juga hatiku. Panggilan Gerbong Tua tak lagi membuatku terganggu. Nyanyian dia terdengar lebih merdu sekarang.
" hanya ini yang dapat ku lakukan untuk membalas kebaikanmu. Menyanyi menghibur hatimu. " kata si parkit.
" Ya... ceritakan pada ku kehebatanmu dimasa lalu , biarkan aku bernyanyi untukmu setiap hari." tambah si parkit.
Kau dengar itu ? ternyata sangat menyenangkan. Yah ... tak ada salahnya membiarkan dia bernyanyi .Kalau kupikir , belum pernah aku senang ini .
" Apa katamu , Gerbong Tua ? aku boleh bersarang digerbongmu ?" parkit menatapku tak percaya.
Kupikir itu yang kubutuhkan. Teman penghibur hati. Tak butuh lama si parkit telah menjadi sahabat baikku. Kemudian istri dan anak anak si parkit. Dan mereka semua selalu bernyanyi untuk ku.
Setelah itu aku baru sadar , nyanyian si parkit menarik perhatian banyak calon penumpang. Kau tahu apa yang terjadi selanjutnya ? calon penumpang mulai memerhatikan papan keterangan ditubuhku dan mulai mulai berfoto foto ria.
Hu...hu...hu... setiap harinya ...kukatakan saja padamu. Semakin banyak orang yang mengetahui jasa besarku. Semua itu berkat keluarga burung sahabatku. Aku hampir lupa, mereka tak lagi memanggilku Gerbong tua. Mereka kini memanggilku Gebo si Sahabat Burung. Kurasa itu nama yang sangat keren.
# coret coret efek sendirian pagi pagi ditoples ... ^_^ #
Tidak seperti mereka, aku bukanlah gerbong biasa. Kuceritakan saja padamu jasa besarku.Aku adalah gerbong pertama yang berlari diatas rel membawa penumpang penumpang besar ... jangan salah ... bukan badan mereka yang besar. Maksudku para penumpangku adalah orang orang besar negeri ini. Mulai Lurah sampai Presiden." Sudahlah, Gerbong Tua. Berhentilah mengeluh !!!!"
Uh.... kau dengar kata kata itu ? Dia adalah burung parkit yang bersarang atas gerbongku. Entah kenapa dia suka sekali bernyanyi ! Menyebalkan !
Burung parkit yang tak sopan. Tak hanya memotong ceritaku, dia berani beraninya memanggilku Gerbong tua !! Huh harus... mereka seharusnya memanggilku Tuan Gebo !!
Beginilah masa tuaku . Begitu malang, sekadar menjadi hiasan Peron stasiun saja. Padahal semuanya tertulis dipapan keterangan yang terpasang di badanku.
Uh...uh...maafkan ... aku merasakan titik air ditubuh ku. Izinkan sejenak mengamati langit. Hah... hujan turun. Setidaknya suara tetes hujan lebih menyenangkan dibandingkan celoteh si parkit. Tak ada lagi yang akan memotong ceritaku , bukan ?
Bicara tentang si parkit ... kemana dia ? Oh... sudah kembali ke sarang rupanya, Namun sarang dia tak cukup rimbun, tak cukup melindungi dari hujan deras.Aku benar, kan ? sebentar saja unggas menyebalkan itu telah basah kuyup. kurasa mereka kedinginan.
" Ke..ke...napa kau ...me...manggil aku, Ger... Bong... Tua?!
" Kumaafkan walau aku masih saja dipanggil gerbong tua. Aku tak dapat membiarkan kamu kedinginan . Kamu boleh berlindung didalam gerbongku . Gerbongku cukup hangat untuk Kamu.
" Te.. rima kasih Ger...bong Tua " , kata si parkit.
Mendengar ketulusan dia senang juga hatiku. Panggilan Gerbong Tua tak lagi membuatku terganggu. Nyanyian dia terdengar lebih merdu sekarang.
" hanya ini yang dapat ku lakukan untuk membalas kebaikanmu. Menyanyi menghibur hatimu. " kata si parkit.
" Ya... ceritakan pada ku kehebatanmu dimasa lalu , biarkan aku bernyanyi untukmu setiap hari." tambah si parkit.
Kau dengar itu ? ternyata sangat menyenangkan. Yah ... tak ada salahnya membiarkan dia bernyanyi .Kalau kupikir , belum pernah aku senang ini .
" Apa katamu , Gerbong Tua ? aku boleh bersarang digerbongmu ?" parkit menatapku tak percaya.
Kupikir itu yang kubutuhkan. Teman penghibur hati. Tak butuh lama si parkit telah menjadi sahabat baikku. Kemudian istri dan anak anak si parkit. Dan mereka semua selalu bernyanyi untuk ku.
Setelah itu aku baru sadar , nyanyian si parkit menarik perhatian banyak calon penumpang. Kau tahu apa yang terjadi selanjutnya ? calon penumpang mulai memerhatikan papan keterangan ditubuhku dan mulai mulai berfoto foto ria.
Hu...hu...hu... setiap harinya ...kukatakan saja padamu. Semakin banyak orang yang mengetahui jasa besarku. Semua itu berkat keluarga burung sahabatku. Aku hampir lupa, mereka tak lagi memanggilku Gerbong tua. Mereka kini memanggilku Gebo si Sahabat Burung. Kurasa itu nama yang sangat keren.
# coret coret efek sendirian pagi pagi ditoples ... ^_^ #
2 komentar:
Selvi betharia mengatakan...
ini yg dikirim ke aku kmrn bukan sih? :)
Cycling is Fun You Know! mengatakan...
Whahaha :D
Posting Komentar