Kulirik jam dipergelangan tangan kiriku, pukul 10.15 pagi.
Setelah membayar tiket di loket , ku langkahkan kaki memasuki terminal
Leuwi Panjang. Dengah susah payah , ku gendong ransel dipunggungku ,
mirip pendaki. Berat. Bagaimana tidak berat ? Hampir setengah lusin kaos
oblong , tiga celana , dua kemeja, satu jaket , si mungil Axioo dan si
hitam manis S 2980 ada dalam ransel itu. Itu pun tidak semuanya ku bawa.
Sebuah Tripod kamera dan sekantong cemilan yang dengan berat hati
kuhibahkan pada ponakan ponakan manisku dirumah. Sekitar dua setengah
jam lagi akan ku habiskan liburan di kota jakarta. Kota besar , Ibu Kota
negara Indonesia , kota yang katanya tak pernah tidur dan serba cuek.
Kurang lebih enam hari akan kuhabiskan disana mulai dari Gambir , Kota Tua , dunia fantasi hingga sepasang pulau Iidung besar dan Tidung kecil.
Sudah kebayang gimana serunya liburanku kali ini.
"Copet!" seorang wanita paruh baya berteriak tak jauh dariku, sambil
menunjuk seseorang yang membawa kabur dompetnya.Jangan heran , Namanya
juga terminal. Semua tahu, kalau tidak hati hati dalam sekejap nasib
akan berubah. Ini terminal , BU! ujar seorang pedagang asongan, mirip
macam iklan layanan masyarakat yang mengingatkan supaya berhati - hati
di terminal.
Suara pedagang asongan menjajakan permen, rokok, air
mineral, ada juga keluhan memohon para pengemis dan suara cempreng para
pengamen adalah hal yang tak asing dijumpai diterimal. Ku hapus
keringat didahi, beberapa orang menghampiri menarik - narik menawarkan
bantuan. Pura - pura mau tawarkan jasa angkut barang tapi niat
sebenarnya mencopet, bukan aku berprasangka buruk, tapi sering begitu
kejadiannya.
"Bade kamana, teh ? Jakarta ? Bogor ? Bekasi ?"
seorang laki - laki tiba -tiba menanyakan kemana tujuanku,logat sundanya
begitu khas.
" Henteu.... Parantos kagungan tiket, Aa!" jawabku
dengan logat yang diusahakan sehalus dan selembut mungkin dalam bahasa
sunda. Buru - buru ku jawab itu , sebab jika kelamaan nanti makin banyak
yang mengdekati, hal ini merupakan kesempatan emas bagi pencopet.
Sebab, ini terminal,Kawan!"
" Koran , teteh?" seorang bocah
sembilan tahunan dengan aksen sunda mengagetkanku. Disodorkannya sebuah
harian surat kabar pikiran rakyat padaku. Aku mengambil koranitu, tidak
ada niat untuk membeli, tapi biarlah. Lagian, Bus Primajasa yang akan
mengantarkanku ke Ibu kota Jakarta baru akan berangkat sekitar setengah
jam lagi. Lumayan surat kabar ini bisa jadi temen selama nunggu.
kusodorkan uang lima ribu rupiah.
" Teh,Bade nu sanes?
Ieu aya majalah sae." sambil menyerahkan uang kembalian dua ribu rupiah,
bocah itu menyodorkan sebuah majalah dewasa dengan cover depan seorang
wanita mengunakan pakaian renang.
"Memang enggeus baca majalah ieu?" tanyaku
"Parantos, sering malahan, teteh."
Aku
menggeleng, begini kehidupan anak jalanan, lingkungan yang tak ramah
bagi seorang bocah. Bocah itu lalu pergi sambil memasukan majalah dewasa
tadi kebagian tengah koran - korannya.
Aku menoleh pandangan ke belakang , baru ada sembilan penumpang, sepuluh denganku. Pantas Bus masih belum berangkat juga.
RVP Hattrick, MU Juara Liga Inggris
Itulah
judul besar dihalaman pertama harian itu.Katanya, Tga gool Robin Van
Persie yang bersarang digawang Aston Villa dini hari tadi merupakan
kunci sukses setan merah meraih gelar Premier League ke - 20 United.
Komisi X DPR Panggil Mendikbud Pekan Ini
Berita
Basi. Sudah Hampir seminggu ini beritanya cuma seputar lembar jawaban
UN ( LJUN) mulai dari soal, kertas , sama distribusi soal soal UN yang
terlambat. Kulipat koran itu, lalu pandangan menuju jendela, berusaha
merekam semua kejadian di terimal. Siapa tahu dapat ide untuk membuat
cerpen buat lomba Akhir bulan April ini.
"
Permisi,mbak." Seorang wanita muda, sudah berdiri disamping
kursiku.Kugeser posisi dudukku merapat ke jendela. Lalu dia pun duduk.
Usianya sekitar 25 Tahun , beda sedikit denganku. Dandanannya rapi, ada
sebuah tas selempang dibahu dan menenteng sebuah kresek supermarket.
"Kemana,Mbak?"tanyanya
"Lebak bulus, Kalau Mbak ?"
"Cawang mabk" jawabnya
" Sudah panggil Ning saja, Mbak!" Aku meminta dipanggil Ning tanpa tambahab mbak, ngga enak aku kan lebih muda."
" Kebandung liburan Mbak ?" tanya ku lagi
"Ngga juga Ning." Jawabnya.
"Sebetulnya
saya ke kota Bandung ini cari pacar saya, dia kuliah diBandung.Karena
tidak ketemu dan uang mulai menipis, akhirnya saya putuskan pulang
saja."
"Enam bulan lalu, saya berkenalan dengan seorang dari bandung lewat sebuah room chat." Tanpa kuminta, dia mulai bercerita."
Dia
super baik sama saya, nggak cuma saat chat beberapa kali kopi darat
juga begitu dan lama - lama kami pun akrab , saking akrabnya saya mau
memberikan semua pintanya, termasuk....." Dia terdiam kulihat setetes
air jatuh dipipinya.
" Dia berjanji akan menikahi saya, dia minta
waktu buat cerita ke orang tuanya. Tapi sudah satu bulan tak ada kabar
berita. akhirnya saya memutuskan untuk ke Bandung karena lama - lama
perut saya makin membesar."
Wow ......Wanita ini?
Pikirku. Dari penampilan terlihat wanita baik - baik. Tapi ternyata
penampilan luar tak menjamin bagaimana kelakukan seseorang?
Tak Tahu apa yang Harus kukatakan. Apakah ikut marah, memang aku ini siapanya ? atau kah harus ikut iba. Lama kami terdian.
"Mbak asli dari Jakarta?" tanyaku. Tak enak juga diam - diaman."
"
Saya dilahirkan di Jakarta dan dibbesarkan di Bali. Setelah Selesai
Kulia, Papa mengajak saya ikut beliau ke Jakarta untuk bantu bantu
bisnis PUBnya."
Aku ber " O " dalam hati , Pantas hasil produk peceraian
" Sekarang, Mbak bakal ngapain? maksud saya, setelah sampai dirumah nanti."
"Sebenarnya saya berniat menggugurkan kandungan ini. Tapi Sabat saya melarang."
"Sahabat mbak benar, Mbak tidak boleh sampai melakukan itu." Bayi itu tidak berdosa Mbak.
" Tapi, saya Malu1" Apa yang harus saya katakan pada orang tua? Bahwa saya telah diperkosa?" Dia kembalii menangis.
apa dulu kamu tidak malu terhadap Allah saat melakukannya? Tanyaku dalam hati.
" Mbak malu adalah bukti bahwa seseorang itu masih beriman."
Hening wanita dihadapanku menunduk. Ku perhatikan penumpang semakin banyak. Sepertinya tidak lama lagi Bus ini berangkat.
" Maaf , Ning bolehkah saya titip belanja yang di kresek di sebelah tasmu ? Nanti saya ambil pas masuk Cawang."
"Jangan Takut isinya cuma makanan kecil , sedikit oleh - oleh buat orang rumah."
Lima
menit berlalu dan semua kursi penumpang telah terisi. Sopir naik dan
langsung menghidupkan mesin Bus. Tiba - tiba dari arah pintu belakang
terdengar suara keras dengan nada memerintah.
" TUNGGU! Harap matikan dulu mesinnya!"
Semua menoleh kebelakang,dan tujuh anggota polisi berseragam lengkap telah berada diatas bus.
" Semua tenang. Kami cuma mau memeriksa barang bawaan bapak - bapak dan ibu - ibu."
Aku menarik nafas. Ada razia. Mbak disebelah tanpa gugup enta kenapa.
"
Tolong , Mbak, tasnya?" ku dengar suara seorang polisi menanyai mba
disebelahku.Tiba - tiba aku terpikir sesuatu...Jangan - jangan
"
Kau, Dek sini barangnya." seorang polisi sudah mengambil kresek
disebelah tas ranselku dan memeriksa isinya. Aku berharap, berdoa,
semoga....
" Mari ikut kami!" polisi itu langsung menarik tanganku.
"Tapi pak..."
" Tidak ada tapi - tapian, bergerak!"
" Tas ransel saya gimana ?"
"Bus ini belum akan berangkat, Ayo1"
Wajahku
pucat pasi, keringkat dingin , dan semu mata penumpang menatap kearah
ku. Seperti dugaanku sebelumnya. apa yang tadi melintas di benakku
memang benar. Kresek itu ternyata berisi pil - pil kecil warna - warni
dan beberapa daun kering>"
Pikiranku melayang pada
Mbak disebelahku. Aku yakin, semua sudah direncanakannya. Polisi sudah
mencium asa pengedaran GPS ( Ganja, putaw dan shabu - shabu ) yang
memasuki terminal. Meras dirinya akan tertangkap, mbak itu bersandiwara
di depanku . Mengaku dari jakarta. Lalu, cerita tentang dirinya yang
dihamili pacarnya, semuaannya agar aku simpati dan tak berkeberatan
begitu dia titipbawaannya. Sempurna dan aku berhasil dijebak. Aku cuma
berdoa, semoga para polisi itu percaya dengan penjelasanku nanti.
Dalam hati aku berkta, Ini Terminal, Kawan!"
Minggu, 26 Mei 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Niken Kusumowardhani mengatakan...
Datang bawa pengacara!
Posting Komentar